Anakku, Maaf, hari ini ku larang kau nyalakan tv, Bukan karena tak boleh, hanya Bunda tak tega banyak nenek-nenekmu yang meronta disana karena tersiksa... 21 tubuh terkapar, sebagian meregang... Lelah berbasuh peluh dan kedukaan...
Anakku, Tutup saja halaman koranmu hari ini, Ramai-ramai itu bukan karnaval, nak... Tapi ibu-ibumu yang sedang berburu harapan, akan rejeki yang ditakarkan ”tuhan” dalam lipatan 3 lembar uang sepuluh ribuan, lewat tangan-tangan manusia yang tega menebus kasih atas nama Tuhan dengan kematian....
Anakku, Kau pasti belum mengerti benar, Pada narasi Bunda akan berita hari ini, Bahwa .............................................................. ya sudahlah.. !!! sini mainkan harmonikamu, Nak... kita kan senandungkan doa, dengan nada yang lebih lirih dari biasanya...
rasakan bait-bait sunyi dengan kerinduan yang dalam, karena Tuhan tak hanya hadir dalam kemewahan dan kemegahan jutaan sedekah... Banyuwangi, 16 September 2008 (refleksi dari insiden zakat di Pasuruan)
Label: Senandung Bunda
|