Sebuah pesan singkat dari seorang sahabat dekat menyiutkan klep jantungku… “Beliau sudah berpulang jam 10.05 pagi tadi”
Hari itu, Sabtu tanggal 11 Oktober 2008 Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun Segalanya datang dariNya dan akan kembali padaNya.... Aku menangis... Bukan untuk sahabatku yang sudah ikhlas melepas..., tapi untuk rasa kehilangan akan seorang lelaki tua yang dipanggilnya, Bapak...
Untuk semua Bapak di dunia ini, aku bersenandung...
Bapak.. Kelam hari itu, menanti hadirmu... Seperti biasa kala pagi kau terjaga, Peluhpun tak kuasa berkesah...
Dipundakmu yang tak sekokoh cemara, Kau panggul cinta dalam balutan asa... Sebagai raja ataupun penjaga, Terima kasih Bapak, telah buatku bangga... Semburat keriput adalah pahatan semesta ditubuhmu yang kian melayu... Ada keteguhan meski hidup bak jalanan yang berliku... Kini di semakin senja usiamu.. Malampun meluluh, Merindumu dengan tatap yang kuyu.. pada munajatmu yang kian mengusik kalbu...
doamu telah berikan ku sayap.. walau ku dengar lamat-lamat... hatiku sungguh tersayat... Bapak, Kini aku merindumu... Dalam titian hari-hari yang membisu Dalam helaian napas yang mengharu biru Dan mautpun tak kan sanggup halaukan rindu sendu itu....
Bwangi, 13 Okt ’08
Label: Senandung Bunda
|